Kerajaan Sindangkasih Di Majalengka



Sindangkasih artinya : Sindang adalah “Singgah” dan Kasih adalah “Cinta atau Sayang“ di Sindangkasih dulunya merupakan sebuah kerajaan sindangkasih, keratonnya juga terletak di Sindangkasih (sekarang desa Sindangkasih Kecamatan Beber).

Kerajaan Sindangkasih didirikan oleh Ki Ageng Sindangkasih, beliau adalah salah seorang putra-putranya Prabu Niskala Wastu Kancana atau Anggalarang raja dari Kerajaan Sunda Galuh bersatu dan memerintah antara tahun 1371 hingga 1475 di Galuh Kawali. Ki Ageng Sindang Kasih yang mendapat kepercayaan sebagai Juru Labuan (Syahbandar) pelabuhan Muara Jati daerah Caruban Larang (sekarang Cirebon).

Setelah Ki Ageng Sindangkasih wafat dan tidak mempunyai anak laki-laki, maka kekuasaan Juru Labuan di pelabuhan Muara Jati Caruban Larang diserahkan dan digantikan oleh adiknya yaitu Ki Ageng Tapa dengan gelar Ki Ageng Jumajan Jati Caruban Larang (Cirebon Pesisir), sedangkan yang memimpin dan berkuasa di Caruban Girang dipercayakan kepada Ki Ageng Kasmaya putra Mangkubumi Suradipati yang bertindak mewakili kakaknya Prabu Maharaja Lingga Buana Wisesa yang telah gugur bersama putrinya yang bernama Diah Citraresmi (Diah Pitaloka) di bubat Majapahit.

Kemudian yang menjadi Raja di Keraton Sindangkasih digantikan oleh keponakannya Ki Ageng Sindangkasih yaitu Raden Mamanah Rasa atau lebih dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa putra Rahyang Dewa Niskala.

Raden Pamanah Rasa beristri Nyi Subang Larang atau dikenal juga dengan nama Nyi Ambet Kasih putri pamannya sendiri Kyai Ageng Tapa Juru Labuan Jumajan Jati Caruban Larang dari istrinya yang bernama Nyi Mas Ratna Keranjang Putri Ki Ageng Kasmaya.

Disebelah selatan Desa Sindangkasih ada bukit yang tinggi yang bernama bukit Padaleman kalau diartikan dalam bahasa daerah ( sunda ) “Padaleman“ sama dengan tempat orang-orang terhormat, berarti pula “Keraton“ atau hanya merupakan sebuah tempat peristirahatan / Petilasan Raja Raden Pamanah Rasa beserta permaisurinya Nyi Mas Subang Larang Tapa (Nyi Ambet Kasih).


Disekitar Bukit Padaleman, Raja Raden Pamanah Rasa menacapkan keris pusakanya kedalam tanah, maka keluarlah air yang mengalir terus menerus dan tidak pernah kering sepanjang tahun, sumber air itu dinamakan “Sumur Ciwasiat” Aliran air ciwasiat sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat melalui sungai Solokan Dalem guna pengairan pertanian juga digunakan untuk air minum Masyarakat Desa Sindangkasih disebut PAM Desa.

Lain dari itu ada juga sebuah makam Rama Tuan yang yang terletak dibukit sebelah tenggara Desa Sindangkasih. Kuburan ini merupakan petilasan Kyai Ageng Sindangkasih.

Selanjutnya Raja Raden Pamanah Rasa mendapat panggilan dari uwanya yang bernama Anggalarang dari Pakuan Pajajaran, setelah panggilan itu dipenuhi kemudian Raden Pamanah Rasa dinobatkan menjadi Raja Pakuan Pajajaran dengan gelar Prabu maharaja Dewata Wisesa dan berkedudukan di Keraton Sri Bima Puntha Nayarana.

Surapati, Nyi Mas Subang Larang / Nyi Mas Ambet kasih di bawa dan menjadi permaisuri di Pakuan Pakjajaran.

Salah seorang adik Ki Ageng Sindangkasih ada yang bermukim di Lemah Putih (Leuwimunding) yang benama Nyi Mas Rara Rudra.

Kemudian Nyi Mas Rara Rudra menikah dengan Tan Pwa Wang (Dampho Awang / Dampu Awang) seorang saudagar Kaya dari Cempa dari pernikahannya Nyi Mas Rara Rudra dengan Tan Pwa Wang di karuniai seorang Putri bernam Nyi Mas Acih Putih, setelah dewasa Nyi Mas Acih Putih menikah dengan Prabu Raden Pamanah Rasa Sri Baduga Maha Raja dari Pakuan Pajajaran dan memperoleh sorang anak Putri bernama Nyi Mas Rara Bedaya, setelah menginjak masa remaja Nyi mas Rara Bedaya dibawa oleh Kakeknya Tan Pwa Wang dan dimasukan ke pesantren Syech Maulana Ibrahim Akbar dari Cempa ke Pangkal Pinang. Ulama besar ini adalah ayah Raden Rachmat kemudian namanya terkenal sebagai Sunan Ampel.

Setelah Raden Pamanah Rasa dinobatkan menjadi Raja di Pakuan Pajajaran, maka kerajaan Sindangkasih tidak ada yang memimpin sampai masuknya agama Islam.

Suatu ketika salah seorang keturunan Ki Ageng Tapa Juru Labuan Jumajan Jati Caruban Larang yang bernama Pengeran Surya Negara mendapat kepercayaan untuk meminpin di kerajaan Sindangkasih, setelah wafat beliau dimakamkan di Kuburan Wanacala dan Kuburannya terawat dengan baik oleh seorang Juru Kunci yang diambil dari orang–orang yang mempunyai garis keturunan dengan beliau yaitu dari desa Merta Singa, Kecamatan Cirebon Utara, untuk melestarikan adanya ikatan batin maka warga desa Sindangkasih setiap tahun menyisihkan hasil panennya untuk diserahkan kepada Juru kunci Pasarean Pangeran Suryanegara di Wanacala, di desa Sindangkasih juga dijumpai adanya beberapa kuburan diantaranya :
1. Kuburan Adipati kincir
2. Kuburan Santa Balida
3. Kuburan Pernawindu

Menurut cerita bahwa Adipati kincir dan Santa Balida adalah Para Prajurit dari Kerajaan Kuningan disaat terjadi peperangan beliau melarikan diri bersama seekor kudanya dan kudanya bernawa Pernawindu.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama