Dikisahkan dalam Cariosan Naskah Buku “Cariosan Prabu Siliwangi”, ditulis di atas daluang, atau kertas kulit kayu (1675). Milik Pangeran Panembahan atau Rangga Gempol III (Mp. 1656-1706). Koleksi Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang Larang. Disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun. Kalimat pertama dalam Cariosan Prabu Siliwangi disebutkan :
"Prabu Anggalarang raja Pajajaran mempunyai tiga orang putra, yakni Parbamenak bergelar Rajaputra, ia putra dari pernikahan dengan Astunalarang. Kedua Pamanahrasa bergelar Rajasunu, ketiga Rangga Pupuk, keduanya putra dari permaisuri Umadewi."
Selengkapnya transkrip naskah cariosan Prabu Siliwangi dapat anda baca di :
Siapakah Prabu Anggalarang?
Niskala Wastu Kancana atau Anggalarang atau Wangisutah lahir di Galuh, Kawali pada tahun 1348 dan wafat pada tanggal 1475, di Kawali, Ciamis. Niskala Wastu Kancana adalah raja dari Kerajaan Sunda Galuh bersatu dan memerintah antara tahun 1371 hingga 1475.
Sebelumnya didahului oleh pamannya, Prabu Guru Mangkubumi Bunisora Suradipati atau Prabu Guru di Jampang (1357-1371) yang memerintah setelah kakaknya, Prabu Maharaja Linggabuana, gugur di Palagan Bubat.
Niskala Wastu Kancana atau Anggalarang atau Wangisutah lahir di Galuh, Kawali pada tahun 1348 dan wafat pada tanggal 1475, di Kawali, Ciamis.
Niskala Wastu Kancana adalah raja dari Kerajaan Sunda Galuh bersatu dan memerintah antara tahun 1371 hingga 1475.
Sebelumnya didahului oleh pamannya, Prabu Guru Mangkubumi Bunisora Suradipati atau Prabu Guru di Jampang (1357-1371) yang memerintah setelah kakaknya, Prabu Maharaja Linggabuana, gugur di Palagan Bubat.
Ayahnya bernama Prabu Maharaja Linggabuana (yang gugur di Bubat saat ia berusia 9 tahun) putra Prabu Ragamulya Luhur Prabawa putra Prabu Ajiguna Linggawisésa. Ibunya Dewi Lara Linsing, putri Prabu Arya Kulon Raja Sunda (di Pakuan Bogor sebagai raja bawahan) dengan Dewi Kiranasari putri Prabu Ajiguna Linggawisésa 1333-1340 M. Kakaknya, Puteri Dyah Pitaloka Citraresmi yang lahir pada tahun 1339 M dan ikut gugur bersama ayahnya, Prabu Maharaja, di Bubat pada hari Selasa Wage tanggal 4 September 1357 M.
Setelah mulai remaja Wastu Kancana kemudian melanglang buana ke Lampung, yang waktu itu masih dalam pengaruh kerajaan Sunda. Dan dari Lampung ini, ia kemudian menikah dengan putri Raja lampung, yang bernama Lara Sarkati. Dan kemudian menjadi prameswari pertamanya ketika ia diangkat menjadi raja pada tahun 1371 M, pada usia 23 tahun.
Dari perkawinannya ini ia kemudian mempunyai anak yang bernama Sang Haliwungan, yang dikemudian hari menjadi raja Sunda di Pakuan, dengan bergelar Prabu Susuk Tunggal. Sedang dari pernikahan dengan Dewi Mayangsari, putri pamannya, Prabu Rahyang Bunisora, Niskala Wastukancana mempunyai 4 orang putra.
1. Yang sulung, bernama Ningrat Kancana alias Menak Kancana yang naik tahta Kawali (Galuh) dan bergelar Prabu Dewa Niskala, yang berkuasa di timur sungai Citarum hingga sungai Cipamali.
2. Yang kedua Surawijaya alias Ki Gedeng Surawijaya Sakti yang menjadi Raja Di Sing Apura.
3. yang ketiga Ki Gedeng Sindangkasih yang menjadi Juru Labuhan di Sing Apura (Japura Cirebon) dan orang tua dari Nay Ambet Kasih.
4. yang keempat, Gedeng Tapa.
Selanjutnya Prabu Dewa Niskala alias Ningrat Kancana alias Menak Kancana (Mp. 1475-1486 M) dari permaisuri pertama Hatimah mempunyai anak :
1. Pamanah Rasa alias Sribaduga Maharaja alias Prabu Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi
2. Ropiah Hadas alias Guntur Geuni.
Dalam Cerita Rakyat Tarikolot Wado Sumedang, Guntur Geuni dikenal dengan Mahapatih Gajah Lindu yang mendiskusikan (Badami) mengenai penyerahan Mahkota Binokasih ke Sumedanglarang bersama Aji Mantri, Sutra Bandera dan Sutra Umbar, berunding dengan yang dituakan keturunan Prabu Jaya Dewata yaitu Sunan Rumenggong alias Prabu Jaya Kusumah alias Rakean Layaran Wangi di Tarikolot Wado - Sumedang, di jaman Ratu Pucuk Umun Sumedanglarang alias Ratu Inten Dewata Sumedang alias Ratu Setyasih yang dipersunting Pangeran Cakra Kusumah alias Pangeran Santri alias Rd. Solih, ketika Pajajaran Sirna Ing Bumi di masa pemerintahan Prabu Nusiya Mulya atau Prabu Surya Kancana alias Prabu Pucuk Umum Pulosari.
Pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Wesaka 1501 Sakakala atau tanggal 8 Mei 1579 M Pajajaran “Sirna ing bumi”.
Seperti diberitakan dalam Pustaka Nusantara III/1 (h.219) dan Pustaka Kertabhumi 1/2 (h.68) “Pajajaran sirna ing bhumi ing ekadacai cuklapaksa wesakhamasa sahasra limangantus punjul siki ikang cakakala”, akibat diserbu tentara gabungan Banten Demak dan Cirebon. Ibukota Pajajaran jatuh ke tangan pasukan gabungan Kesultanan Surasowan Banten dan Cirebon. Pajajaran Burak, dalam penyerangan tersebut tentara Banten hanya mendapatkan keadaan keraton Pakuan yang kosong telah ditinggalkan oleh penghuninya dan tentara Banten hanya membawa batu penobatan raja-raja Sunda Sriman Sriwacana ke Istana Surasowan Banten kemudian digunakan sebagai tempat penobatan raja-raja Banten, batu ini dikenal sebagai Watu Gilang
Dari permaisuri kedua putri Wilwatika Omas Rusiati atau Omas Ruciati (salah satu putranya Prabu Hayam Wuruk), Prabu Dewa Niskala alias Prabu Ningrat kencana alias Prabu Menak Kancana, mempunyai anak :
1. Kusumalaya (Anjar Kutamaya) yang kemudian menikahi Dewi Simbar Kencana, dan meurunkan Raja-raja Talagamanggung.
Melihat naskah Cariosan Prabu Siliwangi yang ada diperpustakaan Srimanganti dan membandingkan dengan silsilah Prabu Siliwangi.
Letak perbedaannya, yaitu kalau berdasarkan naskah "Cariosan Prabu Siliwangi", Pamanahrasa alias Raja Sunu alias Prabu Siliwangi putranya Prabu Niskala Wastu Kancana alias Prabu Angggalarang, sedangkan menurut Naskah Babad Naskah Cirebon, Babad Hing Walasuji Talagamanggung, Trah Silsilah Raja-Raja Galuh Kawali, dsbnya.
Prabu Siliwangi adalah putranya Prabu Menak Kencana alias Prabu Ningrat Kencana alias Prabu Dewa Niskala (Mp. 1475-1489), jadi Prabu Niskala Wastu Kancana atau Prabu Anggalarang adalah kakeknya Pamanah Rasa alias Prabu Siliwangi alias Prabu Jaya Dewata.
Salam Santun.
إرسال تعليق